Selasa, 04 Agustus 2015

Kamis, 19 Februari 2009, 00:00
Masjid Sultan Riau, Pulau Penyengat


1. Sejarah PembangunanMasjid yang menjadi kebanggaan orang Melayu ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M), atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Pelaksanaan pembangunannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Riau, yang bekerja siang malam secara bergiliran.Di dalam masjid, tersimpan kitab-kitab kuno (terutama yang menyangkut agama Islam), bekas koleksi perpustakaan yang didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X. Benda menarik lain yang terdapat dalam masjid adalah mimbar indah dan kitab suci al-Quran tulisan tangan.
2. LokasiMasjid ini terletak di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kecamatan Tanjung Pinang Barat, Kepulauan Riau, Indonesia. Pulau Penyengat berukuran sekitar 2×1 km, berjarak sekitar 2 km dari Tanjung Pinang, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dengan perahu motor.
Masjid Sultan Riau ini terletak di pelataran. Kemungkinan, lokasi tersebut bekas bukit kecil yang diratakan, dengan tinggi sekitar 3 meter dari permukaan jalan. Untuk naik ke masjid, dibuat tangga yang cukup tinggi.
3. LuasMasjid ini berukuran 18×19,80 m, sementara luas lahannya sekitar 55×33 m.
4. ArsitekturDalam kompleks masjid, dari tangga hingga mihrab, terdapat unit bangunan yang terpisah-pisah, masing-masing dalam posisi simetris.Dari tangga, terdapat jalan setapak pada sumbu tengah dari unit bangunan simetris tersebut. Di halaman kiri dan kanan masjid,ada bangunan berdinding beratap limasan batu.Masyarakat setempat menyebut bangunan kembar tersebut dengan nama sotoh. Tempat ini berfungsi sebagai tempat permusyawaratan para ulama dan cendekiawan.
Selain itu, juga terdapat bangunan kembar di sisi kiri dan kanan, masing-masing berbentuk persegi empat panjang. Sisi terpanjangnya sejajar dengan arah kiblat. Kedua bangunan ini semacam gardu, tapi besar dan panjang tak berdinding, mempunyai kolong, dengan konstruksi terbuat dari kayu.
Pintu utama masuk masjid berada di tengah, menjorok ke depan seperti beranda (porch) dan diatapi kubah. Di tiap sudutnya terdapat pilaster. Denah dan semua elemen yang ada dalam masjid berada dalam susunan simetris.
Atap ruang utama masjid sangat unik, dan menunjukkan adanya pengaruh India, dimana arsiteknya berasal. Keunikan itu berupa deretan melintang dan membujur dari kubah-kubah.
Kubah berbentuk bawang, berbaris empat mengarah kiblat dan berbaris tiga dengan arah melintang. Secara keseluruhan kubahnya berjumlah 12.Jikaditambah dengan kubah di atas beranda depan pintu masuk utama, maka jumlahnya menjadi 13.
Masjid memiliki 4 buah menara, posisinya berada di setiap sudut ruang utama sembahyang, dengan bentuk yang hampir sama. Puncak menara berbentuk sangat runcing seperti pensil.Tampaknya menara ini dipengaruhi oleh menara-menara masjid di Turki,yang sebenarnya berasal dari gaya arsitektur Bizantium. Hal yang sedikit membedakan, menara masjid di Turki runcing, tinggi dan ramping, sementara menara Masjid Sultan Riau di Penyengat hanya runcing, namun tidak tinggi dan ramping (gemuk).
Mengenai arti jumlah kubah yang mencapai 13 buah,ada yang mengatakan bahwa jumlah tersebut melambangkan rukun masjid, dan jika ditambah dengan jumlah menara yang empat, maka jumlahnya menjadi 17.Ini melambangkan jumlah rakaat shalat fardlu dalam sehari semalam.
Bangunan masjid ini seluruhnya terbuat dari beton.Di bagian dalam ruang utama,terdapat empat buah tiang utama.Cerita masyarakat tempatanmenyebutkan, untuk membangun masjid ini, terutama untuk memperkuat beton kubah, menara dan bagian tertentu lainnya, dipergunakan bahan perekat dari campuran putih telur dan kapur.
5. PerencanaBerdasarkan cerita turun temurun masyarakat tempatan, konon arsitek Masjid Penyengat adalah seorang keturunan India yang bermukim di Singapura. Namun, tidak ada yang mengetahui secara pasti, siapa nama arsitek tersebut.(F.N sumber www.melayuonline.com)

Sejarah Kota Tua Selat Panjang Daerah Kab. Kepulauan Meranti

19 Agustus 2013 10:08:47 Dibaca : 6,375
Sejarah Kota Tua Selat Panjang Daerah Kab. Kepulauan Meranti
-

Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti, duhulu merupakan salah satu bandar (kota) yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di dalam kesultanan Siak. Bandar ini sejak dahulu telah terbentuk masyarakat heterogen, terutama suku Melayu dan Tionghoa, karena peran antar merekalah terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan kultural maupun perdagangan. Semua ini tidak terlepas ketoleransian antar persaudaraan. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang barang maupun manusia dari China ke nusantara dan sebaliknya.


13768810731748867192
BANGUNAN TUA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI (RIAU)
Daerah Selatpanjang dan sekitarnya sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang merupakan salah satu kesultanan terbesar di Riau saat itu.Pada masa pemerintahan Sultan Siak VII yaitu Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi ( yang bertahta tahun 1784 - 1810 ), biasa disapa Sultan Syarif Ali, memberi titah kepada Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha untuk mendirikan Negeri atau Bandar di Pulau Tebing Tinggi. Selain tertarik pada pulau itu juga karena Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi sendiri pernah singgah ke daerah itu, tujuan utama Sultan Syarif Ali ingin himpun kekuatan melawan kerajaan Sambas ( Kalimantan Barat ) yang terindikasi bersekutu dengan Belanda yang telah khianati perjanjian setia dan mencuri mahkota Kerajaan Siak. Negeri atau Bandar ini nantinya sebagai ujung tombak pertahanan ketiga setelah Bukit Batu dan Merbau'' untuk menghadang penjajah dan lanun.
1376881159540703076
DAERAH,KOTA TUA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
Maka bergeraklah armadanya dibawah pimpinan Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha pada awal Muharram tahun 1805 Masehi diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau Tebing Tinggi. Mereka tiba di tebing Hutan Alai( sekarang Ibukota Kecamatan Tebingtinggi Barat ). Panglima itu segera menghujam kerisnya memberi salam pada Tanah Alai.Tanah Alai tak menjawab, Ia meraup tanah sekepal, terasa panas. Ia melepasnya,“Menurut sepanjang pengetahuan den, tanah Alai ini tidak baik dibuat sebuah negeri karena tanah Hutan Alai adalah tanah jantan, Baru bisa berkembang menjadi sebuah negeri dalam masa waktu yang lama,” kata sang panglima dihadapan pembesar Siak dan anak buahnya. Panglima bertolak menyusuri pantai pulau ini. Lalu, terlihat sebuah tebing yang tinggi. “Inilah gerangan yang dimaksud oleh ayahanda Sultan Syarif Ali,” pikirnya. Armada merapat ke Tebing Tanah Tinggi bertepatan tanggal 07 April 1805 Masehi. Di usia masih 25 tahun itu, dengan mengucap bismillah Panglima melejit ke darat yang tinggi sambil memberi salam. “Alha-mdulillah tanah tinggi ini menjawab salam den,” katanya. Tanah diraupnya, terasa sejuk dan nyaman. Ia tancapkan keris di atas tanah (lokasinya sekarang kira-kira dekat komplek kantor Bea Cukai Selatpanjang ). Sambil berkata, “Dengarkanlah oleh kamu sekalian di tanah Hutan Tebing Tinggi inilah yang amat baik didirikan sebuah negeri. Negeri ini nantinya akan berkembang aman dan makmur apabila pemimpin dan penduduknya adil dan bekerja keras serta menaati hukum-hukum Allah.” Panglima itu berdiri tegak dihadapan semua pembesar kerajaan, laskar, hulu balang, dan bathin-bathin sekitar pulau. “Den bernama Tengku Bagus Saiyid Thoha Panglima Besar Muda Siak Sri Indrapura. Keris den ini bernama Petir Terbuka Tabir Alam Negeri. Yang den sosok ini den namakanNegeri Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi.”itulah nama asal muasal kota selatpanjang. Setelah menebas hutan, membuka wilayah kekuasaan, berdirilah istana panglima besar itu. Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha itu sebagai penguasa pulau. Kala itu, sebelah timur negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Perumbi,seiring perkembangan waktu bandar ini semakin ramai dan bertumbuh sebagai salah satu bandar perniagaan di kesultanan siak. Ramai interaksi perdagangan didaerah pesisir Riau inilah menyebabkan pemerintahan Hindia Belanda ikut ambil dalam bagian penentuan nama negeri ini. Sejarah tercatat pada masa Sultan Siak yang ke 11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Pada tahun 1880, pemerintahan di Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi dikuasai oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi yang bergelar Tuan Temenggung Marhum Buntut (Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Siak). Pada masa pemerintahannya di bandar ini terjadilah polemik dengan pihak Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu Konteliur Van Huis mengenai perubahan nama negeri ini, dalam sepihak pemerintahan kolonial Belanda mengubah daerah ini menjadi Selatpanjang, namun tidak disetujui oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi selaku pemangku daerah. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama pada tanggal 4 September 1899, Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi berubah menjadi Negeri Makmur Bandar Tebingtinggi Selatpanjang.J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi mangkat pada tahun 1908. Seiring waktu masa diawal Pemerintahan Republik Indonesia, kota selatpanjang dan sekitarnya ini merupakan Wilayah Kewedanan di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Tebingtinggi.Pada tanggal 19 Desember 2008,daerah selatpanjang dan sekitarnya ini berubah menjadi Kabupaten Kepulauan Meranti memekarkan diri dari Kabupaten bengkalis dengan ibukota Selatpanjang.
13768813322064566064
TAMAN CIK PUAN
13768814301174330403
TELAGA BENING,KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
Taman Cikpuan dan Kolam Telaga Bening di tengah kota Selat Panjang, punya nilai sejarah. Ditaman Cikpuan ini banyak peristiwa terjadi dan bernilai Sejarah, sejak dari yang sederhana seperti tempat menampilkan pentas seni sampai peristiwa politik yang heroik juga selalu berlangsung disini. Pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti lepas dari induk Kabupaten Bengkalis beberapa agenda yang melibatkan massa yang besar berlangsung di arena ini, Taman Cikpuan menjadi saksi sejarah. Disamping itu, Kolam Telaga Bening di jalan Merdeka tidak jauh dari Cikpuan Park adalah penopang air untuk masyarakat Selat Panjang, jika musim kemarau tiba kolam ini menjadi tumpuan untuk mendapatkan air buat mandi dan Cuci bahkan untuk minum. Harapan kedepan,objek wisata yang ada dikabupaten kepulauan meranti terus di perhatikan,dan masyarakat bisa menjaga dan melestarikan dengan baik.